Kata
“haleluya”, “hosiana”, dan “maranatha” adalah 3 kata yang paling sering muncul
dalam liturgi. Dalam kebiasaan GKP, kata ini dinyanyikan sebagai respon setelah
pembacaan Alkitab dalam kebaktian Minggu [dan kadang dalam kebaktian-kebaktian
lain], ataupun sebagai respon atas berkat yang dipadukan bersama kata ‘Amin’. Namun,
tahukah kita apa arti dari masing-masing kata tersebut? Atau masih
menganggapnya sebagai kata dengan arti/makna yang sama?
Haleluya
Kata
‘haleluya’ (atau kadangkala ditulis ‘haleluyah’) berasal dari bahasa Ibrani,
yakni dari suku kata ‘halal’ (puji)
dan ‘Yahweh’ (dari tetragram YHWH
yang diterjemahkan dalam Alkitab sebagai “TUHAN”). Secara sederhana, kata
‘haleluya’ diterjemahkan sebagai “Puji TUHAN”.
Kata
‘haleluya’ ini memiliki nuansa yang sebanding dengan kata ‘alhamdulillah’ dalam bahasa Arab. Kata alhamdulillah’ sendiri berasal dari suku kata ‘al’ (segala), ‘hamad’ (puji/yang baik), dan ‘allah’ (Allah), yang secara sederhana
berarti “segala puji bagi-[Mu] Allah”.
Kapankah
kata ‘haleluya’ digunakan sebagai respon dalam liturgi? Kata ‘haleluya’
digunakan di kebaktian-kebaktian selain di masa Advent dan masa sengsara. Sikap
respon yang diharapkan dalam liturgi tentulah bernuansa gembira dan semangat
sebagaimana seseorang sedang menyatakan syukurnya kepada Tuhan. Oleh sebab itu,
di beberapa gereja, musik dan tempo untuk respon dengan kata ‘haleluya’
seringkali dibuat sedikit lebih cepat dan style
semangat.
Hosiana
Hosiana
(atau kadangkala ditulis hosana/hoshana/hosyana) berasal dari bahasa Ibrani,
yakni dari suku kata ‘hosha’ (tolong) dan ‘ana’ (saya). Secara sederhana, kata ‘hosiana’ diterjemahkan
sebagai “tolonglah kami”. Kata ini muncul dalam Alkitab, pada kisah Yesus yang
dielu-elukan saat memasuki Yerusalem dengan menunggang keledai. Orang-orang
berteriak ‘hosiana’ sebagai bentuk pengharapan mereka akan kehadiran seorang
Raja Israel yang akan membebaskan mereka dari penjajahan Romawi pada waktu itu.
Oleh sebab itu, saat Yesus melewati Yerusalem, orang banyak bersorak girang
menantikan kehadiran ‘raja’ yang baru itu sembari menyampaikan ‘keluh-kesah’
mereka.
Kapankah
kata ‘hosiana’ digunakan sebagai respon dalam liturgi? Kata ‘hosiana’ digunakan
pada kebaktian dalam masa raya minggu sengsara. Sembari menghayati keberadaan
diri yang lemah dan terbatas layaknya debu/abu, umat diajak menghayati dirinya
adalah manusia yang senantiasa membutuhkan dan menantikan pertolongan Allah
dalam hidupnya.
Maranatha
Kata
‘maranatha’ berasal dari bahasa Yunani yang berarti “Tuhan datanglah!”. Kata
ini digunakan sebagai ungkapan pengharapan/penantian akan kedatangan Tuhan
Yesus. Dalam liturgi, kata ini digunakan dalam kebaktian di masa Advent.
Ungkapan ‘maranatha’ erat dengan penghayatan kedatangan Yesus yang kedua
kalinya. Tetapi, kata ini juga bisa dimaknai dalam kehidupan sehari-hari
sebagai bentuk ‘kebutuhan’ akan kehadiran Allah untuk juga berperkara dalam
setiap hal yang dijumpai.