Jemaat itu
(mungkin) bak IHSG. Di dalamnya terdiri dari banyak saham (individu). Dalam
gerak kebersamaan, dikelompokkanlah dalam beberapa sektor dan sub sektor. Kadangkala,
ada saham tertentu yang menguat drastis. Apakah hanya dinikmati sendiri??
Tidak. Dalam gerak kebersamaan, saham yang menguat akan memberi dampak sentimen
positif untuk sektornya bahkan juga untuk IHSG. Demikian, ada kalanya saham
tertentu anjlok drastis, apakah hanya dirinya sendiri yang terhempas?? Tidak. Dalam gerak kebersamaan, saham yang anjlok juga
dirasakan sebagai sentimen negatif oleh sektornya bahkan juga kepada IHSG.
Lalu bagaimana agar
IHSG terus melaju di jalur hijau?? Harus ada upaya saling mengisi di tiap
sektor dan bahkan di level saham. Tidak bisa saham yang menguat "mendepak"
saham yang sedang anjlok. Ada masanya, ada saatnya, ada kesempatannya.
Tiap-tiap saham maupun sektor memiliki kesempatan dan peluang yang sama untuk
menguat. Yang perlu terus dibangun adalah kesiapan untuk tetap berada sebagai
satu kesatuan IHSG, dengan segala sentimen yang dialaminya.
Satu keyakinan yang
lain, IHSG akan tetap stabil menguat, manakala nilai fundamentalnya baik..
Demikian, jemaat akan tetap bertumbuh stabil, manakala fundamentalnya terus
baik..
Dalam menyusun dan
menjalankan program pelayanan gereja, gereja juga mesti belajar menganalisa
secara teknikal, dan mencermati sinyal-sinyal psikologis jemaat. Apakah pada
satu titik, sudah memasuki area "overbought"
ataukah sudah di area "oversell"??
Apakah pada satu titik, value
penawaran sudah terlalu besar ataukah value
permintaan sudah terlalu besar..??
Dalam hal
pelayanan, apa maksudnya??
PENAWARAN,, berarti
gereja secara sistematis menyusun hal prinsip yang menjadi pengajaran sebagai
suatu yang utama. Gereja menjadi inisiator sekaligus pengarah program pelayanan.
Walau kadang tak aktual, tapi hal-hal ini dianggap major..
Permintaan,, berarti jemaat secara aktual 'meminta'
upaya gereja menjawab kebutuhan/pergumulannya. Walau tak harus melulu
terstruktur mengikuti tema atau haluan besar.
Keduanya mesti
seimbang. Atau paling tidak, harus menyadari manakala salah satunya sudah
menjadi terlalu dominan.
Seandainya kehidupan bergereja dibawa ke dalam dunia transaksi/ jual
beli (saham, index, forex, komoditi, dll), memang teknikal analis sangat-sangat
dibutuhkan bahkan itu sudah menjadi standar kebutuhan oleh setiap broker di
manapun.
Tapi sehebat atau secanggih apapun teknikal analis, yang menentukan
arah fluktuasi suatu harga tetaplah pasar (Jemaat) itu sendiri, maka
diperlukanlah market analisis.
Apabila Gereja sudah menggunakan teknikal analisis secara sistematis mengenai
fluktuasi (dalam hal kehidupan bergereja adalah dinamika kehidupan berjemaat)
tanpa melakukan market analisis
(terjun langsung ke setiap sendi-sendi kehidupan Jemaat) maka jangan heran
apabila disuatu titik tertentu semisal secara teknikal sudah melewati masa
rawan 'oversold' karena tidak jadi
menembus garis resistance maka
dilakukanlah aksi buy besar-besaran.
Namun karena banyak sekali faktor yang mempengaruhi pasar (Jemaat) dan
pengaruh pasar (Jemaat) sangat besar sekali terhadap arah fluktuasi harga dan
tiba-tiba tertembuslah resistance line
dan arah harga pun akan terjun bebas alias tren down. Sedangkan tadi pihak Gereja sudah melakukan
aksi buy (penawaran program) secara
besar-besaran maka mudah ditebak akan terjadi overloss (karena minat/demand
Jemaat sudah terkikis habis akibat ketidakpercayaan pasar terhadap sistem).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar