Cari Blog Ini

Rabu, 09 Desember 2015

Jemaat dan Pelayanannya dalam Kacamata Ilmu Ekonomi

Jemaat itu (mungkin) bak IHSG. Di dalamnya terdiri dari banyak saham (individu). Dalam gerak kebersamaan, dikelompokkanlah dalam beberapa sektor dan sub sektor. Kadangkala, ada saham tertentu yang menguat drastis. Apakah hanya dinikmati sendiri?? Tidak. Dalam gerak kebersamaan, saham yang menguat akan memberi dampak sentimen positif untuk sektornya bahkan juga untuk IHSG. Demikian, ada kalanya saham tertentu anjlok drastis, apakah hanya dirinya sendiri yang terhempas?? Tidak. Dalam gerak kebersamaan, saham yang anjlok juga dirasakan sebagai sentimen negatif oleh sektornya bahkan juga kepada IHSG.
Lalu bagaimana agar IHSG terus melaju di jalur hijau?? Harus ada upaya saling mengisi di tiap sektor dan bahkan di level saham. Tidak bisa saham yang menguat "mendepak" saham yang sedang anjlok. Ada masanya, ada saatnya, ada kesempatannya. Tiap-tiap saham maupun sektor memiliki kesempatan dan peluang yang sama untuk menguat. Yang perlu terus dibangun adalah kesiapan untuk tetap berada sebagai satu kesatuan IHSG, dengan segala sentimen yang dialaminya.
Satu keyakinan yang lain, IHSG akan tetap stabil menguat, manakala nilai fundamentalnya baik.. Demikian, jemaat akan tetap bertumbuh stabil, manakala fundamentalnya terus baik..
Dalam menyusun dan menjalankan program pelayanan gereja, gereja juga mesti belajar menganalisa secara teknikal, dan mencermati sinyal-sinyal psikologis jemaat. Apakah pada satu titik, sudah memasuki area "overbought" ataukah sudah di area "oversell"?? Apakah pada satu titik, value penawaran sudah terlalu besar ataukah value permintaan sudah terlalu besar..??


Dalam hal pelayanan, apa maksudnya??
PENAWARAN,, berarti gereja secara sistematis menyusun hal prinsip yang menjadi pengajaran sebagai suatu yang utama. Gereja menjadi inisiator sekaligus pengarah program pelayanan. Walau kadang tak aktual, tapi hal-hal ini dianggap major..
Permintaan,, berarti jemaat secara aktual 'meminta' upaya gereja menjawab kebutuhan/pergumulannya. Walau tak harus melulu terstruktur mengikuti tema atau haluan besar.
Keduanya mesti seimbang. Atau paling tidak, harus menyadari manakala salah satunya sudah menjadi terlalu dominan.

Seandainya kehidupan bergereja dibawa ke dalam dunia transaksi/ jual beli (saham, index, forex, komoditi, dll), memang teknikal analis sangat-sangat dibutuhkan bahkan itu sudah menjadi standar kebutuhan oleh setiap broker di manapun.
Tapi sehebat atau secanggih apapun teknikal analis, yang menentukan arah fluktuasi suatu harga tetaplah pasar (Jemaat) itu sendiri, maka diperlukanlah market analisis. Apabila Gereja sudah menggunakan teknikal analisis secara sistematis mengenai fluktuasi (dalam hal kehidupan bergereja adalah dinamika kehidupan berjemaat) tanpa melakukan market analisis (terjun langsung ke setiap sendi-sendi kehidupan Jemaat) maka jangan heran apabila disuatu titik tertentu semisal secara teknikal sudah melewati masa rawan 'oversold' karena tidak jadi menembus garis resistance maka dilakukanlah aksi buy besar-besaran.
Namun karena banyak sekali faktor yang mempengaruhi pasar (Jemaat) dan pengaruh pasar (Jemaat) sangat besar sekali terhadap arah fluktuasi harga dan tiba-tiba tertembuslah resistance line dan arah harga pun akan terjun bebas alias tren down. Sedangkan tadi pihak Gereja sudah melakukan aksi buy (penawaran program) secara besar-besaran maka mudah ditebak akan terjadi overloss (karena minat/demand Jemaat sudah terkikis habis akibat ketidakpercayaan pasar terhadap sistem).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar